SATYABERITA — Meski Pilpres 2024 baru saja usai dan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto baru berjalan sekitar tujuh bulan, dinamika politik Tanah Air mulai diramaikan oleh spekulasi menuju Pilpres 2029.
Sejumlah nama kepala daerah yang baru menjabat mulai mencuri perhatian dan dinilai memiliki potensi untuk maju sebagai calon presiden di masa mendatang.
Dua nama yang kerap disebut dalam berbagai diskusi politik adalah Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Keduanya dinilai memiliki modal elektoral dan rekam jejak kepemimpinan yang kuat di daerah masing-masing.
Pengamat politik yang juga menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Kepresidenan, Muhammad Qodari, memberikan analisisnya terkait peluang kedua tokoh tersebut.
Dalam wawancara di kanal YouTube Total Politik yang tayang pada Rabu (28/5/2025), Qodari menyebut bahwa Pramono Anung memiliki peluang lebih besar untuk maju sebagai capres dibandingkan Dedi Mulyadi.
“Kalau saya melihat Mas Pram itu, nomor satu dari segi karakter, beliau bukan tipe oposisi atau tipe 'buldozer'. Beliau ini tipe jalan tengah, kepada semua orang baik,” kata Qodari.
Ia menilai sikap Pramono yang cenderung tidak konfrontatif justru menjadi kekuatan tersendiri. Dalam karier politiknya, Pramono juga dikenal loyal dan konsisten, serta tidak pernah menonjolkan sikap oposisi.
Meski demikian, Qodari menyebut bahwa keputusan akhir tetap ada pada Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
“Mas Pram itu maju atau tidak, menurut saya, kata kuncinya bukan di Mas Pram, tetapi di Bu Mega. Kalau sampai 2029 Ibu Mega masih menjabat sebagai Ketum PDIP, bukan mustahil Mas Pram ditunjuk maju sebagai calon presiden,” ujarnya.
Selain itu, Pramono masih memiliki peluang melanjutkan kepemimpinan di Jakarta hingga tahun 2034, memberikan waktu dan ruang strategis untuk memperkuat basis politiknya.
Sementara itu, terkait Dedi Mulyadi, Qodari menyampaikan bahwa popularitasnya yang tengah naik belum tentu menjadi tiket mulus menuju Pilpres 2029. Ada beberapa faktor yang dinilai menghambat langkahnya.
“Pertama, Dedi masih bisa maju untuk periode kedua sebagai Gubernur Jawa Barat. Kedua, dalam konteks Partai Gerindra, ketua umumnya adalah Prabowo Subianto. Dan beliau sudah digadang-gadang akan kembali maju di 2029,” ungkapnya.
Jika Dedi Mulyadi memilih untuk tetap maju dalam Pilpres, maka ia kemungkinan besar akan berhadapan dengan Prabowo Subianto sendiri. Menurut Qodari, ini bukan langkah yang mudah.
“Tanpa melihat hasil survei, belum tentu popularitas Dedi di Jawa Barat bisa mengalahkan seorang Prabowo. Dugaan saya, kalau disurvei hari ini, elektabilitas Prabowo masih lebih tinggi dibandingkan KDM (Dedi Mulyadi) untuk posisi presiden,” jelasnya.
Namun, Qodari menilai peluang Dedi Mulyadi bisa terbuka jika Prabowo memutuskan tidak maju di Pilpres mendatang.
“Mungkin baru menarik kalau misalnya 2029 Pak Prabowo tidak maju. Tapi hari ini asumsinya kan masih akan maju,” tutupnya.
Komentar0