SATYABERITA - Realita dinamika politik PILKADA Jakarta, makin menuju finalisasi keberpihakan atas dukungan terhadap PASLONGUB yang mengikuti kontestasi.
Berangkat dari niat jahat para elite politik yang Aniesphobia, maka pemasungan demokrasi pun dilakukan dengan dua pola yaitu Sprindik dan Mahar politik baik dalam bentuk kompensasi cost politik maupun jatah kursi menteri.
Puncak rencana busuk untuk menjegal peluang Anies Baswedan dan PDIP pun terjadi dengan Deklarasi pembentukan KIM Plus yang mendukung RKSus.
Agar tidak terkesan bermain jorok karena berhadapan dengan kotak kosong maka PASLONGUB dari Independen DIFASILITASI oleh KPU dan dinyatakan memenuhi persyaratan.
Bagai mendapat serangan tak terduga, MK membuat keputusan yg memungkinkan PDIP mengusung PASLONGUB nya sendiri.
Setelah gagal memasung PDIP, maka kembali sang ELITE UTAMA Aniesphobia memainkan strategi sprindik untuk mencegah Anies Rano diusung sebagai PASLONGUB.
Mayoritas pendukung Anies Baswedan yang sangat kecewa, mengkonsolidasikan diri dalam sebuah Gerakan Coblos Semua sambil menaruh harapan pada putusan MK tentang PILKADA diulang jika terbukti Suara GOLPUT lebih besar daripada akumulasi suara yang diperoleh para PASLONGUB.
Ternyata putusan MK hanya mengakomodir bahwa PILKADA hanya diulang pada PILKADA yang berhadapan dengan Kotak Kosong.
Kemudian pada hari jum'at pagi, tgl 15 November 2024 di Pendopo Kediaman Keluarga Abah Anies Baswedan terjadilah pertemuan dengan PramRano.
Silaturahim tersebut sarat dengan makna politik yang secara jelas dapat disimpulkan Anies Baswedan mendukung PramRano dan menitipkan pesan agar program kerja Anies dilanjutkan untuk disempurnakan.
Semoga komunitas ANAK ABAH sebagai LOYALIS SEJATI ABAH Anies Baswedan dapat memaknai bahwa fase sikap GERCOS harus disesuaikan dengan sikap politik final Anies yang mendukung PramRano.
Catatan: artikel ini diterima redaksi satyaberita dari La Ode Basir, mantan jubir Anies Baswedan.
Komentar0