SATYABERITA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta secara resmi mengumumkan hasil rekapitulasi suara Pilkada Jakarta 2024 di Hotel Sari Pacific, Jakarta Pusat, pada Minggu (8/12/2024).
Dalam pengumuman yang dibacakan langsung oleh Ketua KPU DKI, Wahyu Dinata, pasangan nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno (Si Doel), berhasil meraih kemenangan dengan perolehan 2.183.239 suara atau 50,07% dari total suara sah.
Proses rekapitulasi suara di enam kota dan kabupaten Jakarta – Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu – telah selesai, memberikan hasil akhir yang resmi.
Namun, kekalahan pasangan Ridwan Kamil-Suswono yang didukung oleh 13 partai politik besar menuai pertanyaan. Banyak kalangan yang heran dengan hasil ini, mengingat besar dukungan politik yang mereka terima.
Para pengamat politik kemudian memberikan analisis terkait kekalahan Ridwan Kamil-Suswono.
Titi Anggraini, pengamat pemilu dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa selisih suara antara Pramono-Rano dan RK-Suswono cukup besar.
Menurutnya, Ridwan Kamil yang merupakan mantan Gubernur Jawa Barat, dianggap tidak "mengakar" di Jakarta. Ia menilai, publik Jakarta masih melihat Ridwan sebagai figur yang lebih identik dengan Jawa Barat.
Selain itu, pilihan Ridwan Kamil dan Suswono yang mencoblos di Jawa Barat pada Pilkada serentak, menurut Titi, memperburuk hubungan dengan pemilih Jakarta.
Pengamat politik Hendri Satrio juga menilai langkah Ridwan Kamil dan Suswono memilih untuk mencoblos di Jawa Barat sebagai blunder besar.
Hendri berpendapat bahwa keduanya seharusnya bisa lebih "mengakar" di Jakarta, bahkan dengan pindah dan memilih bersama sebagai warga Jakarta.
Hendri juga menilai pasangan ini terkesan "pura-pura Jakarta", contohnya dengan Ridwan yang sebelumnya dikenal sebagai pendukung fanatik Persib, namun kini berusaha mengidentifikasi dirinya dengan Jakmania.
Sementara itu, pakar politik Firman Noor mengungkapkan bahwa Ridwan Kamil terlalu mengandalkan kekuatan partai politik, yang pada akhirnya tidak menjamin dukungan sepenuhnya.
Firman menilai, meskipun didukung oleh Koalisi Indonesia Maju Plus, beberapa partai di dalamnya tidak sepenuhnya mendukung perjuangan Ridwan-Suswono, bahkan ada yang "mendua" atau tidak maksimal dalam menggalang dukungan.
Selain itu, Firman juga menyoroti sejumlah pernyataan Ridwan Kamil yang dinilai kontroversial, seperti ucapan seksis tentang janda, yang dipandang mengurangi simpati pemilih, terutama di Jakarta yang dikenal dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Firman menyimpulkan bahwa Ridwan Kamil perlu belajar lebih banyak memahami dinamika dan karakter masyarakat Jakarta agar bisa meraih dukungan yang lebih kuat.
Dengan hasil ini, Pramono Anung-Rano Karno akan memimpin Jakarta untuk periode mendatang, sementara Ridwan Kamil-Suswono harus menerima kekalahan meski mendapat dukungan besar dari partai politik.
Komentar0