SATYABERITA – Halal bihalal, tradisi berkumpul dan bermaafan setelah Idul Fitri, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia.
Setiap tahun, umat Muslim, keluarga, kerabat, dan teman-teman baik Muslim maupun non-Muslim berkumpul untuk merayakan kemenangan setelah sebulan berpuasa.
Namun, apakah tradisi halal bihalal hanya ada di Indonesia? Ternyata, beberapa negara lain juga memiliki tradisi serupa, meski dengan nama dan bentuk yang berbeda.
Halal Bihalal di Indonesia
Di Indonesia, halal bihalal bukan sekadar acara sosial biasa, melainkan sebuah tradisi yang sangat berarti untuk mempererat tali silaturahmi.
Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa, halal bihalal menjadi momen untuk saling memaafkan, menjalin kembali hubungan yang mungkin sempat terputus, serta merayakan kebersamaan dengan orang-orang terdekat.
Meskipun tradisi ini identik dengan umat Muslim, banyak juga keluarga dan teman non-Muslim yang ikut serta dalam acara ini.
Halal Bihalal di Negara Lain
Meskipun istilah halal bihalal tidak umum digunakan di negara-negara lain, beberapa negara memiliki tradisi serupa yang diadakan setelah Idul Fitri.
Di Malaysia, istilah yang digunakan bukan halal bihalal, melainkan open house. Tradisi ini memungkinkan masyarakat untuk mengundang siapa saja, termasuk tetangga, teman, dan kerabat, untuk datang dan menikmati hidangan yang disediakan.
Tahun ini, open house nasional Malaysia dimulai pada 5 April 2025 di Melaka, dan akan dilanjutkan di berbagai wilayah seperti Selangor, Pahang, Kelantan, Penang, Sarawak, Perak, dan Perlis hingga akhir April.
Pemerintah federal dan negeri berkolaborasi dalam menggelar acara ini, yang mengusung semangat kebersamaan dan persaudaraan lintas agama dan etnis.
Sementara, di Brunei Darussalam juga memiliki tradisi serupa yang disebut Hari Raya Open House. Berbeda dengan Indonesia, di Brunei, acara ini diadakan di Istana Nurul Iman yang terbuka untuk umum selama tiga hari.
Warga Brunei dapat bertemu dengan Sultan dan keluarganya, serta menikmati hidangan buffet gratis yang disajikan. Tradisi ini juga mencerminkan semangat keterbukaan dan keramah-tamahan yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Brunei.
Sedangkan untuk negara-negara di Arab, ada tradisi serupa yang dikenal dengan nama eid majlis atau al-majlis al-oud. Tradisi ini melibatkan pertemuan keluarga besar yang diwarnai dengan pemberian uang Lebaran (eidiya) kepada anak-anak.
Selain itu, di beberapa negara seperti Qatar, terdapat tradisi tarian rakyat Ardhat, yang biasanya dilakukan oleh laki-laki setelah salat di siang hari.
Anak-anak pun tidak ketinggalan, dengan seringnya mereka berkumpul di kawasan permukiman untuk mengunjungi sanak saudara.
Meskipun nama dan cara pelaksanaannya berbeda, semangat halal bihalal yang mengedepankan kebersamaan, saling memaafkan, dan mempererat hubungan antar sesama tetap dirasakan di berbagai belahan dunia.
Di Indonesia, halal bihalal mungkin menjadi tradisi paling dikenal, tetapi negara-negara lain juga merayakan momen Lebaran dengan cara yang tak kalah istimewa dan penuh kehangatan.
Tradisi-tradisi ini memperlihatkan bagaimana Idul Fitri tidak hanya menjadi momen keagamaan, tetapi juga kesempatan untuk mempererat hubungan sosial di tingkat keluarga, teman, bahkan komunitas yang lebih luas. (pot)
Komentar0