SATYABERITA – Konflik bersenjata besar akhirnya pecah antara dua negara berkekuatan nuklir, India dan Pakistan. Ketegangan yang telah lama membara meningkat tajam setelah kedua negara saling melancarkan serangan pada Rabu pagi (waktu setempat), menyusul insiden serangan di Pahalgam, Kashmir, beberapa hari lalu.
Angkatan Darat India secara terbuka mengonfirmasi keterlibatannya dalam serangan tersebut melalui pernyataan resmi di platform X (dulu Twitter). "Keadilan Ditegakkan. Jai Hind! (Kemenangan untuk India)," tulis pernyataan itu.
Kementerian Pertahanan India menyebut operasi militer itu sebagai Operasi Sindoor, yang diklaim menargetkan infrastruktur teroris yang digunakan untuk merencanakan serangan terhadap India. Serangan dilakukan secara terfokus dan diklaim tidak menyasar fasilitas militer Pakistan.
“Tindakan kami terfokus, terukur, dan tidak bersifat eskalatif. India telah menunjukkan pengendalian diri yang cukup besar dalam pemilihan target dan metode eksekusi,” ujar pernyataan resmi kementerian.
Namun, sumber militer Pakistan kepada CNN mengatakan serangan India telah menghantam sedikitnya lima lokasi, termasuk Kotli, Ahmadpur Timur, Muzaffarabad, Bagh, dan Muridke, yang semuanya berada di wilayah Pakistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan.
Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran global, terutama karena kedua negara memiliki persenjataan nuklir yang cukup besar. India diketahui memiliki sekitar 164 hulu ledak nuklir, sementara Pakistan sedikit lebih banyak dengan 170 hulu ledak.
India menerapkan kebijakan "No First Use", yang berarti tidak akan menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu dalam konflik. Namun, sejak 2019, India mengindikasikan kemungkinan meninjau kembali kebijakan tersebut.
Di sisi lain, Pakistan tidak memiliki komitmen serupa. Negara tersebut justru menekankan pengembangan senjata nuklir taktis untuk menghadapi keunggulan konvensional India di medan perang.
Menurut Arms Control Center, bahkan pertukaran nuklir kecil antara kedua negara bisa mengakibatkan bencana kemanusiaan besar. "Bahkan pertukaran nuklir kecil antara India dan Pakistan dapat membunuh 20 juta orang dalam seminggu. Jika musim dingin nuklir dipicu, hampir 2 miliar orang di negara berkembang akan berisiko mati karena kelaparan," sebut lembaga tersebut.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa atau negara besar lainnya. Namun, tekanan internasional diperkirakan akan meningkat seiring dengan ancaman nyata terhadap stabilitas kawasan Asia Selatan dan perdamaian global secara keseluruhan.
Situasi terus berkembang dengan cepat, dan dunia kini mengawasi dengan cemas bagaimana dua kekuatan nuklir ini akan melangkah selanjutnya.
Komentar0