TpOlTfrpTSY5BUO8BSd8Tfr0Gi==

Minim Perhatian dari Pemprov, Budaya Minang di Jakarta Diharap Tak Tenggelam

SATYABERITA – Budaya Minangkabau yang telah lama berakar di Jakarta dinilai belum mendapatkan perhatian yang cukup dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Padahal, pada tahun 2025, warga Minang menempati urutan kelima terbanyak dari sekitar 300 suku yang menetap di ibu kota.

Hal ini disampaikan oleh Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Demokrat, Desie Christiyana Sari, dalam seminar bertema “Mengkaji Ulang Adat Budaya Minang di Tanah Betawi: Mewujudkan Jakarta Sebagai Kota Global” yang digelar di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (2/7/2025).

“Budaya Minang tidak hadir tiba-tiba di Jakarta. Sejak masa pergerakan nasional, orang Minang telah berkontribusi besar sebagai cendekiawan, pedagang, ulama, hingga pemimpin bangsa,” ujar Desie yang juga merupakan anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta.

Namun, menurutnya, kontribusi masyarakat Minang tersebut belum tercermin dalam kebijakan kebudayaan Pemprov DKI saat ini. “Dengan sejarah panjang dan kontribusi yang besar, sayangnya belum ada dukungan anggaran yang memadai terhadap kegiatan budaya Minang,” tambahnya.

Desie yang terpilih dari daerah pemilihan Jakarta Pusat itu juga menyoroti minimnya ruang representasi budaya Minang di ruang publik maupun agenda festival resmi kota.

“Jakarta bukan milik satu etnis atau identitas kultural saja. Ini adalah rumah bagi seluruh budaya Nusantara,” tegasnya.

Ia menekankan pentingnya membuka ruang dialog dan representasi budaya agar Jakarta tetap menjadi kota yang heterogen, inklusif, dan berdaya saing di kancah global.

Menanggapi hal tersebut, Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Chiko Hakim, yang turut hadir dalam seminar menyampaikan bahwa Pemprov DKI akan mendukung pelestarian budaya Minang di ibu kota.

“Pemprov tentunya mengajak semua elemen masyarakat dan stakeholder untuk bahu-membahu membangun Jakarta, termasuk dalam upaya memajukan adat dan kesenian Minang,” kata Chiko.

Salah satu bentuk dukungan tersebut, lanjutnya, adalah rencana penyelenggaraan festival budaya Minang. Festival ini tidak hanya bertujuan menjaga kelestarian budaya, tapi juga diyakini mampu memberikan dampak ekonomi bagi Jakarta.

“Festival budaya bisa menjadi magnet wisata, yang otomatis mendongkrak sektor ekonomi seperti hotel dan restoran. Ini sinergi antara pelestarian budaya dan peningkatan pendapatan daerah,” pungkasnya. (pot) 


Komentar0

Type above and press Enter to search.