SATYABERITA — Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat masih terdapat sekitar 850 kepala keluarga (KK) di Ibu Kota yang melakukan praktik buang air besar sembarangan (BABS). Temuan ini tersebar di sembilan kelurahan di empat wilayah kota administrasi Jakarta.
"Jadi total masih ada sekitar 850 kepala keluarga yang memang masih buang air besar sembarangan," ungkap Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Lies Dwi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (28/7/2025).
Lies merinci, wilayah tersebut mencakup empat kelurahan di Jakarta Utara, dua kelurahan di Jakarta Barat, dua kelurahan di Jakarta Timur, dan satu kelurahan di Jakarta Selatan. Menurutnya, kondisi ini menjadi perhatian serius Dinkes karena menyangkut kesehatan masyarakat secara luas.
Ia menjelaskan bahwa permasalahan sanitasi bukan hanya berkutat pada infrastruktur, tetapi juga berkaitan erat dengan kepadatan penduduk dan keterbatasan lahan di wilayah padat permukiman.
"Terus susah diintervensi karena tidak ada lahan yang cukup luas," jelasnya.
Dinkes DKI tidak bekerja sendiri dalam menangani persoalan ini. Lies menyebut, penanganan dilakukan secara lintas sektor dengan melibatkan berbagai instansi pemerintah seperti Dinas Sumber Daya Air, aparat wilayah, serta tokoh masyarakat.
"Jadi kita berusaha untuk bersama-sama warga mencari solusi," ujarnya.
Salah satu solusi yang kini didorong adalah pembangunan MCK atau septic tank komunal di lokasi yang memungkinkan. Bila tidak tersedia lahan memadai, pemasangan septic tank individu menjadi alternatif yang diupayakan.
Namun, Lies menekankan bahwa pembangunan infrastruktur sanitasi harus dibarengi dengan pembentukan komitmen masyarakat agar perubahan dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan tentang pentingnya sanitasi aman—yakni kondisi di mana limbah manusia ditampung di septic tank dan disedot secara berkala. Ia menyebut bahwa sanitasi layak, meskipun limbah ditampung di septic tank, belum sepenuhnya ideal jika penyedotan tidak rutin dilakukan.
Ke depan, Dinkes DKI juga membuka kemungkinan pemanfaatan limbah menjadi energi alternatif seperti biogas. Menurut Lies, inovasi ini tidak hanya menjawab persoalan sanitasi, tetapi juga berpotensi memberi manfaat tambahan bagi warga.
"Ini membuka wawasan juga bahwa memungkinkan untuk dikembangkan di tempat lain, karena bisa dimanfaatkan hasil biogasnya untuk sumber listrik atau membantu kebutuhan rumah tangga lainnya," pungkasnya.
Komentar0