Perombakan Kabinet Merah Putih Jilid 2 yang diumumkan kemarin menjadi sorotan besar di kalangan pengamat dan di lingkar politik nasional.
Beberapa pos penting mengalami pergeseran, dengan pergantian Menko Polhukam dari pejabat lama ke sosok baru, Djamari Chaniago, ini menandai arah konsolidasi baru Presiden Prabowo Subianto. Langkah ini memunculkan tafsir politik: apakah ini sinyal penyusutan pengaruh “Geng Solo”—istilah populer untuk kelompok pendukung setia mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sebelumnya dianggap masih punya peran strategis dalam pemerintahan.
Penunjukan Djamari Chaniago oleh prabowo sebagai Menteri Koordinator Politik, dan Keamanan dipandang bukan sekadar rotasi. Djamari memiliki reputasi kuat di bidang intelijen dan operasi strategis. Di tengah situasi geopolitik yang dinamis—dari ketegangan Laut Cina Selatan hingga ancaman teror siber—Prabowo dinilai sangat membutuhkan figur dengan kecakapan analitik dan jejaring intelijen yang mumpuni.
“Prabowo sedang memastikan bahwa seluruh jalur informasi politik dan keamanan berada dalam kendali yang akurat,” ujar pengamat intelijen dan geopolitik Amir Hamzah dalam analisa tertulisnya, Rabu (17/09/2025).
Menurut Amir, data intelijen yang tajam menjadi modal utama menghadapi dinamika lima tahun mendatang, termasuk peta kekuatan politik dalam negeri.
Di lihat Perubahan tak hanya menyentuh posisi Menko Polhukam. Pencopotan Kepala PCO Hasan Nasbi—figur yang kerap dekat dengan lingkaran “Geng Solo”—menambah kuat kesan adanya penataan ulang. Hasan sebelumnya dikenal sebagai sosok yang rajin membangun komunikasi antara jejaring Solo dan istana.
Amir Hamzah menilai langkah ini merupakan pesan simbolis. “Prabowo tampaknya menginginkan pemerintahan yang lebih bebas dari friksi lama. Mengurangi pengaruh kelompok tertentu memberi ruang bagi keseimbangan baru, terutama dalam relasi dengan partai-partai pendukung dan kekuatan militer,” jelas Amir.
Amir melihat reshuffle jilid 2 ini bukan semata-mata soal kinerja kementerian. Dalam lanskap politik pasca transisi Jokowi–Prabowo, isu kesinambungan dan jarak politik menjadi dua sisi mata uang yang sulit dihindari. “Geng Solo” yang selama ini dianggap sebagai kepanjangan tangan kepentingan lama mungkin mulai kehilangan posisi kunci, tetapi tidak serta-merta hilang pengaruh.
Amir Hamzah pun menekankan bahwa Prabowo cenderung berhitung jangka panjang. “Langkahnya selalu gradual. Menggeser figur kunci lebih ke arah pelemahan perlahan, bukan pemutusan drastis. Ini khas gaya seorang mantan prajurit: observasi, kalkulasi, lalu eksekusi tahap demi tahap,” tegasnya.
Menurutnya Dari perspektif pemerintahan, penguatan pos politik-keamanan melalui Djamari Chaniago diperkirakan akan memperlancar koordinasi antarlembaga. Tantangan utama adalah menjaga stabilitas politik sambil menyiapkan peta jalan ekonomi dan pertahanan yang sudah dicanangkan.
Amir juga menambahkan, “Bila konsolidasi intelijen dan politik ini berjalan mulus lancar, Prabowo akan lebih leluasa mengeksekusi agenda strategis, termasuk investasi pertahanan dan kedaulatan pangan, tanpa terganggu rivalitas internal
Dan yang mencuri perhatian Publik Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tidak terlihat dalam acara pelantikan tersebut. Hanya ada Ketua MPR Ahmad Muzani, Ketua DPR Puan Maharani, Wakil Ketua DPR Dasco, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, serta jajaran menteri lainnya.
Berikut nama-nama segar yang masuk dalam Kabinet Merah Putih 2024-2029, termasuk:
1. Komjen Pol (Purn) Ahmad Dofiri sebagai Penasehat Khusus Presiden
2. Letjen TNI (Purn) Djamari Chaniago sebagai Menko Polhukam
3. Erick Thohir sebagai Menpora
4. Muhammad Qodari sebagai Kepala Staf Kepresidenan
5. Angga Raka Prabowo sebagai Kepala PCO
Meski tanpa Wapres, prosesi pelantikan tetap berjalan Khitmat. Prabowo memimpin langsung jalannya pelantikan dan sumpah jabatan. Setelah itu, para pejabat baru menandatangani SK pengangkatan.(A.S)
Komentar0