TpOlTfrpTSY5BUO8BSd8Tfr0Gi==

Diskusi LP2AD, Firdaus Ali: Pemprov DKI Siapkan Langkah Atasi Bau di RDF Plant Rorotan

SATYABERITA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mengambil langkah konkret untuk mengatasi persoalan bau menyengat yang ditimbulkan oleh aktivitas Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan, Jakarta Utara. 

Koordinator Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Firdaus Ali, menyampaikan bahwa pihaknya akan segera membeli alat penghilang bau sebagai solusi awal.

Pernyataan ini disampaikan Firdaus dalam Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “RDF Plant Rorotan Tutup atau Dilanjutkan?” yang digelar oleh Lembaga Pemantau Penyimpangan Aparatur Daerah (LP2AD) di Hotel Tavia Heritage, Jakarta Pusat, Kamis (10/7/2025).

“Kita akan membeli alat penghilang bau untuk mengatasi masalah ini,” kata Firdaus di hadapan para peserta FGD.

Masalah bau dari RDF Plant sempat memicu gelombang penolakan dan demonstrasi, baik di lokasi fasilitas pengolahan maupun di Balai Kota DKI Jakarta. 

FGD ini juga menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai kalangan, di antaranya Lurah Rorotan Ahmad Fitroh, Ketua RW 08 Ahmad Fauzi, Ketua RW 09 Amin, Ketua Umum KAHMI Jaya Ikhwan Ridwan, pengusaha pengelola sampah Teddy, serta pemerhati kebijakan publik Amir Hamzah.

Sayangnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto, selaku pengelola RDF Plant Rorotan, tidak hadir meski telah diundang.

Firdaus mengungkapkan bahwa RDF Plant Rorotan akan beroperasi penuh pada September 2025 dengan kapasitas pengolahan mencapai 2.500 ton sampah per hari, menjadikannya yang terbesar di dunia.

“Ini akan menjadi RDF terbesar di dunia. RDF di Tiongkok saja hanya mengolah sekitar 1.500 ton per hari,” ujarnya.

Firdaus menegaskan bahwa RDF Plant menjadi solusi penting dalam menangani persoalan sampah Jakarta. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung telah berencana membangun empat RDF Plant tambahan di wilayah ibu kota.

Sementara itu, Lurah Rorotan Ahmad Fitroh mengakui bahwa kurangnya informasi menyebabkan sebagian warganya awalnya salah paham mengenai RDF.

“Ada yang mengira RDF itu bank sampah, dan karena itu muncul anggapan bahwa RDF menyebabkan bau menyengat. Tapi sekarang warga sudah mengerti. Kalau masih ada protes, kemungkinan itu datang dari warga Bekasi yang wilayahnya berbatasan langsung,” jelas Fitroh.

Sedangkan Ketua LP2AD Viktor Irianto menekankan bahwa FGD ini digelar untuk menampung aspirasi masyarakat yang terdampak langsung. 

Victor menilai bahwa RDF adalah teknologi yang sangat baik dalam mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Namun, Viktor menyoroti adanya kesalahan dalam pelaksanaan uji coba RDF Plant.

“Teknologi RDF hanya cocok untuk sampah kering. Tapi pada saat uji coba, justru sampah basah yang dikirim, sehingga menimbulkan bau. Selain itu, uji cobanya juga tidak dilakukan bertahap, melainkan langsung dalam jumlah besar,” ujar Victor. 
Ia menegaskan pentingnya RDF Rorotan sebagai solusi atas krisis sampah di Jakarta yang kini menghasilkan sekitar 7.000 ton sampah per hari.

"TPST Bantar Gebang sudah semakin overload. RDF Rorotan sebagai fasilitas pengelolaan sampah di perkotaan bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap TPST tersebut," tegasnya.

Lebih lanjut Victor menambahkan bahwa meski RDF Rorotan masih menghadapi berbagai persoalan, seluruhnya dapat diatasi asalkan ada komitmen dan perhatian terhadap aspirasi masyarakat.

"RDF ini sangat diperlukan. Ke depan, saya berharap biaya pembangunan RDF di kota-kota lain di Jakarta bisa dioptimalkan. RDF Rorotan harus menjadi standar dan percontohan nasional," pungkas Victor. 

Jadi dengan adanya diskusi ini, Victor berharap melalui diskusi ini, pengelolaan RDF Plant ke depan tidak lagi menimbulkan permasalahan baru di masyarakat. (pot) 



Komentar0

Type above and press Enter to search.